Jumat, 17 Februari 2012

Raja Gowa VII

Batara Gowa

Setelah Raja Tunatangkalopi wafat, beliau kemudian digantikan oleh anaknya Batara Gowa yang menjadi Raja Gowa. Walau anaknya sudah membagi kekuasaan untuk kedua putranya yakni Gowa dan Tallo, tetapi perselisihan dari kedua putranya itu tak terelakkan lagi.
Dari perselisihan kedua bersaudara ini, Karaengloe ri Sero mengalah dan ia pergi merantau ke tanah jawa. Karena Gallarrang yang masuk Wilayah Tallo terjadi kevakuman Pemerintahan, maka Gallarrang ikut pada Batara Gowa. Dalam kondisi demikian, Batar Gowa mendaulat kekuasaan Karaeng Loe ri Sero atas Gallarrangnya.

Setelah mengembara ke Tanah Jawa, akhirnya Karaeng Loe ri Sero kembalinya ke Negerinya di Tallo. Ia kemudian tinggal di sebuah pemukiman dekat sungai. Tempat itu kemudian diberi nama Passiknang (bersedih). Nama ini kemudian berubah menjadi Paccinang. Penamaan demikian karena Karaeng Loe ri Sero bersedih hati karena perbuatan Batara Gowa atas dirinya, sehingga beliau ke tanah Jawa.
Karaeng Loe ri Sero masih dalam keadaan bersedih, kedua sahabatnya yang menjadi Raja di Batuwa dan Bira yakni Karaeng Loe ri Bentang dan Karaeng Loe ri Bira mendatanginya.. kedua Karaeng Loe ini minta pada Karaeng Loe ri Sero agar sudi meninggalkan Paccinang dan tinggal di Kampung Batuwa yang masih dalam wilayah kekuasaan Karaeng Loe ri Bira.
Agar Karaeng Loe ini mau mengikuti ajakan kedua rekannya itu, kedua Karaeng Loe ini bersepakat untuk mengakui dan memperlakukan Karaeng Loe ri Sero sebagai Raja yang kedudukannya lebih tinggi dari mereka.
Karaeng Loe ri Sero merasa mendapat kehormatan, dan disitulah semangatnya mulai bangkit untuk melaksanakan Pemerintahan. Tempat Pemerintahannya itu kemudian diberi nama Tallo. Saat itulah Kerajaan Tallo mulai berdiri dan Karaeng Karaeng Loe ri Sero menjadi Raja pertama.
Karaeng Loe ri Sero merasa dihargai dan sudah memiliki kekuasaan di Wilayah Kerajaan Tallo, maka lambat laun permusuhannya dengan Raja Batara Gowa berangsur-angsur mereda dan akhirnya bersahabat. Dalam kondisi demikian rakyat dikedua Kerajaan itu berikrar :
“ Iya-iyannamo Tau Ampasisallaki Gowa na Tallo, Iamo Tau Nicalla ri Rewataya”.
(barang siapa yang berupaya memisahkan Kerajaan Gowa dan Tallo, ia akan dikutuk oleh Dewata).
Sejak saat itulah, Gowa – Tallo menjadi sebuah Kerajaan kembar. Pemerintah dan rakyat saat itu dikenal istilah Rua Karaeng Se’re Ata (dua Raja tapi satu rakyat).

1 komentar: